Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Ki Sukma
● online
Ki Sukma
● online
Halo, perkenalkan saya Ki Sukma
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Padepokan Inti Semesta Jasa Spiritual Terbaik & Terpercaya

Beranda » Blog » Mengingat Kutipan-kutipan Surat Kartini

Mengingat Kutipan-kutipan Surat Kartini

Diposting pada 10 March 2022 oleh Ki Sukma / Dilihat: 721 kali / Kategori:

Untuk lebih memahami apa yang dicita-cita kan Kartini, bisa kita ikuti isi kutipan-kutipan suratnya, sebagai berikut. (dari “Letters of a Javanese Princess”, dengan pendahuluan dr. Eleanor Roosevelt dan diedit oleh Hildred Geertz. Terbitan: the Norton Library, NY, (1964). Diterjemahkan dari bahasa Inggris (aslinya bahasa Belanda). RA Kartini dan pandangannya terhadap Islam halaman 44, surat kepada Stella Zeehandelaar, November 1899: Saya tidak dapat menjelaskan apapun kepadamu tentang hukum Islam, Stella. Pengikut agama ini dilarang untuk membicarakannya dengan mereka yang beragama lain. Dan jujurnya, Saya menjadi muslim hanya karena nenek moyang saya. Bagaimana saya dapat mencintai sebuah doktrin yang saya tidak tahu dan tidak pernah akan tahu?
Quran terlalu suci untuk diterjemahkan dalam bahasa lain manapun. Disini tidak ada yang bicara bahasa Arab. Memang, adat disini adalah membaca Quran; tetapi apa yang dibaca tidak ada yang mengerti! Bagi Saya aneh (Silly) memang kalau kita diwajibkan membaca sesuatu tanpa bisa mengertinya. Ini seperti saya dipaksa membaca buku dalam bahasa Inggris, dan seluruhnya melewati otak Saya tanpa saya bisa mengerti satu patah katapun. Jika saya ingin mengetahui dan mengertinya, Saya harus ke Arabia dulu untuk belajar bahasa. Namun demikian, orang bisa saja baik tanpa menjadi religius. Betulkah itu Stella?
Ya Tuhan! Kadang saya merasa lebih baik kalau tidak ada agama, karena apa yang seharusnya menyatukan umat manusia ke dalam satu persaudaraan akhirnya dari zaman ke zaman hanyalah menjadi sumber pertempuran, ketidakcocokan dan pertumpahan darah. Kadang saya tanya pada diri sendiri, apakah agama memang rahmat bagi umat manusia?
Halaman 81, surat kepada Stella tentang perkawinan, Agustus 1900: Dalam DUnia Islam, persetujuan ya, bahkan kehadiran wanita itu tidak perlu dalm perkawinan. Ayah bisa saja suatu waktu pulang dan mengatakan kepada saya, “Kau sudah dikawinkan dengan si ini atau si itu.” Saya kemudian harus mengikuti suami saya. Benar, Saya bisa menolak, tetapi itu memberikannya hak untuk mengekang Saya kepada saya seumur hidup saya tanpa perlu mendekati Saya. Saya isterinya dan walau saya tidak mematuhinya, dan jika ia tidak menceraikan saya, saya tetap terikat padanya selama-lamanya, sementara ia bebas melakukan apa saja. Ia bisa menikahi wanita sebanyak yang ia inginkan tanpa perlu mengkhawatirkan Saya. Jika Ayah akan mengawinkan Saya dengan cara ini, maka saya harus mencari jalan keluar. Namun Ayah tidak pernah akan melakukan ini.
Memang untungnya tidak setiap Muslim memiliki 4 isteri atau lebih, tetapi setiap isteri tahu bahwa ia bukanlah satu-satunya, dan setiap harinya suaminya bisa membawa pulang isteri baru, yang haknya sama dengan isteri pertama. Menurut hukum islam, wanita baru itu juga isterinya. Di wilayah-wilayah yang diperintah langsung (oleh Belanda), nasib wanita-wanita tidak separah saudara-saudara mereka di daerah yang diperintah kesultanan, seperti di Surakarta dan Yogyakarta. Di sini wanita sudah untung kalau suaminya memiliki 1, 2 atau 3 atau 4 isteri. Di daerah-daerah kesultanan ini, wanita-wanita di situ akan menertawakannya. Sulit menemukan lelaki dengan 1 isteri. Di antara kaum aristokrat, khususnya dalam lingkungan Sultan, para suami biasanya memiliki 26 isteri.
Apakah kondisi ini akan berlanjut Stella? Bangsa kami begitu terbiasa dengan adat ini dan menganggap cara dimadu lelaki ini sebagai satu-satunya cara bagi wanita untuk memenuhi kebutuhannya. Tetapi saya tahu dari wanita-wanita yang saya kenal, dalam hati mereka, mereka mengutuk hak-hak lelaki ini. Tetapi kutukan tidak ada gunanya; sesuatu harus dilakukan.
Ya, Stella, saya juga tahu bahwa di Eropa keadaan moralitas lelaki juga tragis… tetapi ibu-ibu muda di sana bisa berbuat lebih banyak. Saya ingin sekal mendapatkan anak-anak, lelaki atau perempuan. Tetapi yang paling penting saya tidak pernah akan melanjutkan adat menyedihkan dimana anak lelaki lebih diprioritaskan daripada anak perempuan. bahkan sejak kecil, lelaki diajarkan untuk merendahkan wanita. Sering saya mendengar ibu-ibu mengatakan kepada anak lelaki mereka kalau mereka jatuh dan menangis: “jangan cengeng seperti perempuan!”.
Dan lalu Saya akan mencabut pagar pemisah antara kedua jenis kelamin ini. Saya tidak percaya bahwa lelaki-lelaki terdidik dan beradab akan menghindari wanita yang sederajat pendidikannya, dan lebih menginginkan wanita tidak bersusila.. Walaupun banyak lelaki mencari wanita-wanita terdidik, banyak juga lelaki yang tidak memiliki interes sedikitpun dalam perempuan selain alasan seks. Nah, segalanya ini akan hilang jika lelaki dan wanita dapat bercampur sejak anak-anak.

Halaman 138, surat kepada Ny Abendanon-Mandiri, November 1901: Ide untuk menerbitkan buku tentang segala pemikiran dan perasaan Saya tentang kondisi wanita muslim kami, sudah ada sejak lama. Saya ingin menuliskannya dalam buku, dalam bentuk 2 putri regent-satu Sunda, satu Jawa. Saya sudah menulis sejumlah surat, tetapi saya akan menundanya dulu. Kesulitannya adalah bahwa ayah tidak akan mengizinkan sya menerbitkan buku macam itu.” Bagus kalau kamu pandai menulis dalam Bahasa Belanda,” kata Ayah, tetapi itu bukan alasan untuk membongkar pemikiranmu yang paling mendalam”.
Jadi kami perempuan tidak boleh memiliki pemikiran, kami harus berpikir bahwa semuanya baik, dan mengatakan “ya” dan “amin” kepada apapun. Kapan datang waktunya dimana wanita dan laki-laki bisa memandang satu sama lain sebagai manusia sederajat, sebagai kameraad? Sekarang ini -bah! Betapa rendahnya derajat wanita!

Halaman 145, surat kepada Ny. Abendanon, Februari 1902; Saya punya permintaan kepada Anda, permintaan sangat penting; jika Anda melihat teman Anda, Dr. Snouck Hurgronje, tanya dia apakah dianatara Muslim, ada hukum mayoritas , seperti yang berlaku di antara kalian (orang Eropa)? Saya ingin mengetahui tentang hak-hak dan kewajiban isteri dan putri muslim. Memang aneh bagi saya untuk bertanya! ini membuat saya Malu bahwa kami tidak mengetahuinya sendiri. Betapa pahitnya bahwa kami tidak mengetahui apa-apa.

Halaman 169, surat kepada Stella, Mei 1902: Saya mendapat jawaban atas pertanyaan saya tentang kapan gadis muslim dewasa/ aqil balig, jawabnya, “Gadis Muslim Tidak Pernah mencapai akil balig. Jika ia ingin bebas, ia harus terlebih dahulu menikah dan setelah itu diceraikan.” Nah, oleh karena itu kami harus menyatakan diri sendiri akil balig dan memaksa dunia untuk mengakui kemerdekaan kita. Halaman 199, surat kepada Ny. Abendanon, 12 Oktober 1906: Saya dikatakan harus secara sederhana (secara munafik) mengarahkan mata Saya ke bawah. Saya tidak akan melakukannya (!) Saya akan menatap lelaki, maupun perempuan, langsung kepada matanya, tidak menatap lantai.

Halaman 208, surat kepada Ny. Abendanon, 12 Desember, 1902: beberapa waktu lalu, pekerja kami diselamatkan lewat mukjizat, 11 rumah sekelilingnya terbakar, tetapi rumahnya selamat. Seluruh desa mendatanginya untuk melihat ilmu atau jimat apa yang digunakannya. Tidak, katanya, ia tidak memiliki jimat atau ilmu apa-apa, hanya “Gusti Allah” yang menyelamatkannya untuk tujuan-Nya. Sehari setelah itu, ia datang kepada kami dan aneh, ia mengucapkan terimakasih kepada kami karena rumahnya selamat. Ia bersikeras bahwa kekuatan sembahyang kami lah yang menyelamatkan rumahnya dari malapetaka. Betapa mengharukan kepercayaan orang yang naif dan lugu itu. Saya tanya pada diri sendiri, apa hak saya untuk mencabut kepercayaannya yang sederhana ini yang membuatnya bahagia? Kami sudah lama berpaling dari agama manapun karena kami melihat begitu banyak dosa yang dibuat atas nama agama.

Posmo

Punya masalah hidup yang tak kunjung selesai? Temukan solusinya bersama Spiritualis Kondang Pangeran Sukma Jati (Ki Sukma – Sobat Mistis Trans 7)

PRAKTEK DI 3 KOTA

Jakarta

Jl. Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan
Gedung Graha Krama Yudha
Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.
Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Bandung (Pusat)

Perumahan Maharani Village Blok D.10 Jl. Cigugur Girang Kp. Sukamaju Rt/Rw 05/05 Desa Cigugur Girang Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Banten

Jl. Ki Mudakkir, Link. Cigading, Cilegon – Banten.

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Tlp/ Hp. 081296609372 (WhatssApp dan Telegram) dan 081910095431 (WhatsApp)

Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Bagikan ke

Diposting oleh

Pangeran Sukma Jati Azmatkhan atau yang biasa dipanggil Ki Sukma adalah Pendiri sekaligus Guru Besar Padepokan Inti Semesta yang berlokasi di Bandung. Padepokan tersebut mengajarkan Ilmu Hikmah Spiritual dan Pencak Silat & Debus aliran Banten.

Mengingat Kutipan-kutipan Surat Kartini

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Mengingat Kutipan-kutipan Surat Kartini

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: