Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Ki Sukma
● online
Ki Sukma
● online
Halo, perkenalkan saya Ki Sukma
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Padepokan Inti Semesta Jasa Spiritual Terbaik & Terpercaya

Beranda » Blog » Curahan Hati Pengungsi Rohingya di Puspa Agro Sidoarjo Kecam Kekerasan terhadap Etnisnya

Curahan Hati Pengungsi Rohingya di Puspa Agro Sidoarjo Kecam Kekerasan terhadap Etnisnya

Diposting pada 5 January 2022 oleh Ki Sukma / Dilihat: 442 kali / Kategori:

Curahan Hati Pengungi Rohingya di Puspa Agro Sidoarjo
Kecam Kekerasan terhadap Etnisnya

Sejumlah pengungsi Rohingya di Sidoarjo kemarin memohon perhatian dunia atas kekerasan yang dialami etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar. Para pengungsi ini mengecam adanya pembatntaian terhadap saudaranya.

Ada 14 pengungsi Rohingya yang berada di Aparna Puspa Agro, Jemundo, Kecamatan Taman, Sidoarjo. Mereka mengantongi kartu pengungsi dari United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR). Mereka sudah berada di tempat tersebut sekitar empat tahun. “Kami sudah tinggal disini sejak tahun 2013,” katanya.

Suaib menceritakan, saat lari dari negaranya, mereka bermaksud mengungsi ke dua negara tetangga terdekat (Myanmar), yang jauh lebih makmur secara ekonomi, Thailand dan Malaysia. Karena dua negara itu kerap menjadi pilihan tujuan pelarian warga Rohingya. “Pada awalnya kami bersama warga Rohingya ingin tinggal di Malaysia dan Thailand, namun kapal yang ditumpangi saat itu nyasar ke Makassar ujarnya. SUaib menuturkan jika saat itu setelah dari Makassar mereka berkeinginan melanjutkan perjalanan ke negara lain seperti Australia,  namun menemui kegagalan, karena kapal yang mereka tumpangi dihantam oleh ombak hingga mesin kapal mati dan tidak bisa meneruskan perjalanan. “Karena dihantam ombak besar, Alhamdulillah berhasil menepi di Timor Leste,” tuturnya.

Suaib menjelaskan selanjutnya kami bersama warga Rohingya yang lain oleh pihak Timor Leste dikirim ke Indonesia. “Akhirnya kami tinggal di rusanawa ini sudah empat tahun tidak ada kegiatan apa-apa, mau kerja, untuk mendapatkan uang takut diamankan oleh polisi,” katanya. Suaib mengatakan, yang terjadi saat ini di Rakhine merupakan peristiwa terparah sejak dia meninggalkan Myanmar pada tahun 2005. Hidup di pengungsian dan tak bisa  berkirim kabar dengan keluarga di rumah yang tengah dalam tekanan penguasa tentu saja sangat membuat hati mereka berkecamuk. “Dulu rumah kami diambil, motor kami diambil , orang-orang dipukuli dan sekarang orang-orang  mulai ditembaki dan dibunuh. Kami salah apa? katanya.

Suaib mengaku putus komunikasi dengan keluarganya di Maungdaw sejak 25 Agustus lalu. “Perasaan kami sakit saat melihat dari media bahwa ada warga muslim di Rohingya dibantai, dan rumah dibakar. Namun kami hanya  pasrah,” jelasnya.

Para pengungsi asal Rohingya ini mengaku sangat kecewa dengan sikap penasehat negara Aung San Suu Kyi yang seolah menutup mata atas penindasan kepada etnis Rohingya. Padahal, dahulu, Nobelis perdamaian itu begitu getol menyuarakan hak warga negara dan demokrasi. Khususnya terhadap etnis Mayoritas  di Myanmar yang tertindas, ” sekarang sudah dapat Nobel, dia malah diam. Semua orang disni (Pengungsi di Aparna Puspa Agro) dan di rumah Saya Kecewa,’ Ungkapnya.

Ketika Suu Kyi diangkat menjadi penasihat negara,  kekerasan memang sempat mereda. Tapi, tak berselang lama, kebrutalan terhadap etnis Rohingya kembali memuncak. Bahkan untuk pergi ke luar sekolah dan keluar dari kota, mereka harus mengantongi surat dari pemerintah setempat.

“Tuara zaogoi iyan tuarar desh no (kalian pergi sana, ini bukan negara kalian, Red) kata Suaib ketika mengingat umpatan yang pernah dia terima dari pemerintah setempat. Mereka berharap dunia segera bergerak bersama untuk menolong warga Rohingya. Mereka juga masih menyimpan mimpi bisa pulang lagi ke kampung halaman. Tentu dalam kondisi yang sudah kondusif. “Kami salah apa? Kami makan di tanah yang sama, punya mata dan warna kulit yang sama,” Kata Suaib.

Sementara itu, Sofiullah (22), pengungsi lainnya mengecam adanya pembantaian di Rohingya, “itu perbuatan keji tak layak dilakukan oleh manusia, kami berharap pada pemerintah Indonesia untuk membantu menghentikan perbuatan keji tersebut,” katanya.

Posmo

Punya masalah hidup yang tak kunjung selesai? Temukan solusinya bersama Spiritualis Kondang Pangeran Sukma Jati (Ki Sukma – Sobat Mistis Trans 7)

PRAKTEK DI 3 KOTA

Jakarta

Jl. Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan
Gedung Graha Krama Yudha
Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.
Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Bandung (Pusat)

Perumahan Maharani Village Blok D.10 Jl. Cigugur Girang Kp. Sukamaju Rt/Rw 05/05 Desa Cigugur Girang Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Banten

Jl. Ki Mudakkir, Link. Cigading, Cilegon – Banten.

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Tlp/ Hp. 081296609372 (WhatssApp dan Telegram) dan 081910095431 (WhatsApp)

Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Bagikan ke

Diposting oleh

Pangeran Sukma Jati Azmatkhan atau yang biasa dipanggil Ki Sukma adalah Pendiri sekaligus Guru Besar Padepokan Inti Semesta yang berlokasi di Bandung. Padepokan tersebut mengajarkan Ilmu Hikmah Spiritual dan Pencak Silat & Debus aliran Banten.

Curahan Hati Pengungsi Rohingya di Puspa Agro Sidoarjo Kecam Kekerasan terhadap Etnisnya

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Curahan Hati Pengungsi Rohingya di Puspa Agro Sidoarjo Kecam Kekerasan terhadap Etnisnya

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: