Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Ki Sukma
● online
Ki Sukma
● online
Halo, perkenalkan saya Ki Sukma
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Padepokan Inti Semesta Jasa Spiritual Terbaik & Terpercaya

Beranda » Blog » Keunikan Lima Gender dalam Tradisi Masyarakat Bugis ‘Bissu’ Emban Tugas Suci Dewata

Keunikan Lima Gender dalam Tradisi Masyarakat Bugis ‘Bissu’ Emban Tugas Suci Dewata

Diposting pada 5 January 2022 oleh Ki Sukma / Dilihat: 175 kali / Kategori:

Keunikan Lima Gender dalam Tradisi Masyarakat Bugis
‘Bissu’ Emban Tugas Suci Dewata

Hilir mudik isu keberagaman gender dan seksualitas di Indonesia. serupa bola panas, kasus ini selalu memicu respons dari banyak pihak. Belakangan, fenomena LGBT adalah yang paling senter terdengar di permukaan. Namun kali ini ada yang lebih menarik, yakni lima gender dalam masyarakat Bugis.

Umumnya, kita tahu bahwa jenis kelaminmanusia dibedakan menjadi dua, yaitu pria dan wanita. Di Indonesia kita terbiasa dengan toilet yang dipisahkan antara toilet pria atau toilet wanita. Atau di kolom jenis kelamin di hampir setiap  setiap formulir yang beredar di Indonesia hanya ada dua pilihan, pria atau wanita. Meskipun demikian, ada banyak orang yang unik di dunia ini. Misalnya, sekelompok orang dengan identitas gender lebih dari dua. Bahkan tidak masuk klasifikasi pria maupun wanita.

Isu keberagaman gender ini langsung menyeruak menjadi topic panas di Melbourne setelah ada pemutaran film dengan tema utama Calalai – In Betweens di kantor Konsulat Jenderal RI di Melbourne, hari Senin Malam (11/09). Film dokumenter berdurasi kurang dari satu jam ini menceritakan kisah para Bissu, tokoh spiritual yang kerap memimpin upacara dan ritual adat dalam masyarakat Bugis.

Bissu adalah satu dari lima gender yang diakui oleh masyarakat Bugis. Selain itu ada Calabai atau laki-laki yang memiliki peran dan penampilan seperti perempuan. Ada Calalai, yang lahir perempuan tetapi mengambil peran dan fungsi sebagai laki-laki. Dari data yang berhasil dikumpulkan, bagi masyarakat bugis Calabai adalah sebutan bagilaki-laki yang memiliki tabiat menyerupai perempuan. Calabi tak sepenuhnya bisa diterima dengan baik di tengah masyarakat.

Dalam buku berjudul Calabai, karya Pepi Al-Bayqunie yang menceritakan tentang Puang Matoa Saidi. Seorang laki-laki gemulai, pemimpin komunitas Bissu di Sulawesi. Layaknya kebanyakan orang di luar sana, Saidi terlahir deengan kelamin laki-laki. Namun, tabiatnya sungguh menyerupai perempuan.

Takdir hidup yang menggiringnya sebagai calabai bukanlah sebuah berkah di masa kecil. Bahkan dalam usia yang masih belia, Saidi harus menanggung beban yang begitu besar. Terlbih lagi ketika ayahnya, Puang Baso marah dan menolak saat mengetahui tabiat Puang Matoa Saidi. Ternyata anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga itu, adalah seorang perempuan yang bersemayam dalam tubuh laki-laki.

Kesaktian Pemangku Adat

Dalam buku tersebut dijelaskan dengan gamblang mengenai kisah perjalanan hidup seorang calabai yang ditunjuk dewata demi mengemban tugas suci sebagai bissu tertinggi. Bahkan ada juga yang mengatakan bahwa mereka para Bissu adalah para pemangku adat yang memiliki kesaktian berupa ilmu kebal terhadap benda tajam.

Di tengah masyarakat bugis, mereka yang terlahir sebagai calabi, berpeluang besar sebagai Bissu, ahli waris adat dan tradisi luhur suku Bugis yang dipercaya menjadi penghubung antara alam manusia dan alam dewata. Bissu adalah pemuka spiritual yang telah melampaui sifat laki-laki dan perempuan di dalam dirinya. Mereka adalah para pengemban tugas sebagai penjaga keseimbangan alam.

Tak semua orang mengenal pendeta agama Bugis kuno ini. Di zaman pra islam, Bissu memiliki peranan istimewa karena merupakan operator komunikasi antara alam manusia dan dewata. Oleh karena itu, Bissu harus terjaga dari hal-hal yang bersifat duniawi. Mereka biasanya memimpin sejumlah ritual adat seperti upacara pelantikan raja, kelahiran, kematian, dan pertanian.

Para Bissu juga terbiasa memainkan tarian manggirik, sebuah tarian fenomenal dalam dunia kebissuan. Serupa orang kesurupan, mereka mempertontonkan atraksi kebal dengan menusukkan keris ke tubuhnya. Tak hanya mahir menari, bissu tertinggi seperti Puang Matoa Saidi juga fasih membaca sureq I La Galigo, sebuah epik mitos penciptaan dari peradaban Bugis, bentuknya berupa kitab yang berisi puisi bahasa Bugis dan ditulis dalam huruf Lontar Kuno.

Keberadaannya Makin Tergerus Zaman

Hingga saat ini, komunitas bissu di Sulawesi masih tetap bertahan, meski jumlahnya kian menyusut tergerus zaman. Keberadaan mereka  tak lagi diistimewakan seperti dulu. Tak banyak lagi masyarakat lokal yang mau memesan mereka dalam ritual-ritual adat.

Dalam kehidupan modern, peranan bissu mulai ditinggalkan. Mereka tidak lagi menetap di kerajaan, melainkan berkumpul dengan masyarakat sekitar. Bahkan, dalam satu publikasi sejarah, pemberontakan DI/ TII yang dipimpin Kahar Mudzakkar, membuat banyak bissu kala itu dibunuh serta dipaksa untuk menjadi laki-laki sejati sesuai ajaran agama.

Sangat disayangkan jika komunitas para bissu ini tak segera diselamatkan. Setidaknya pemerintah harus memberikan perhatian khusus demi menjaga regenerasi dan kepemimpinan baru para bissu di masa mendatang. Mereka semestinya diberikan ruang ekspresi tersendiri untuk hidup karena merupakan bagian dari budaya yang telah diwariskan selama bertahun-tahun.

Dari sisi potensi, peranan bissu dalam sejumlah upacara adat dapat dijadikan magnet yang kelak menarik banyak wisatawan untuk berdatangan. Pemahaman mereka tentang literatur-literatur Bugis kuno juga bisa didayagunakan sebagai media edukasi dan pembelajaran bagi generasi millenial. Di tengah kekhawatiran klaim budaya oleh negara lain, setidaknya bissu menjadi catatan khusus bagi pemerintah sebagai warisan budaya asli Indonesia.

Pada abad kekinian, komunitas bissu dan pemerintah haruslah berjalan beriringan dalam pengembangan sektor budaya, pariwisata bahkan pendidikan. Sebab sejak dulu, keberadaan bissu di Sulawesi laksana pupuk yang menggemburkan kehidupan dengan nilai-nilai kebudayaan. Mereka telah hadir dari sekian ratus tahun lalu demi membumikan pesan para leluhur dari generasi ke generasi.

Tidak ada kaitan dengan LGBT

Para bissu juga tak ada kaitannya dengan LGBT dan seksualitas yang marak belakangan ini. Maka dari itu, tak ada alasan bagi pemerintah untuk mengabaikan keberadaan mereka. Lagian, istilah LGBT hanya berlaku bagi pecinta sesama jenis. Sementara filosofi kehidupan bissu jauh lebih mendalam.

Meskipun semua bissu adalah calabi, bukan berarti semua calabi berhak menyandang status sebagai bissu. Sebab dalam aturannya, ada prasyarat-prasyarat yang harus dilakukan oleh seorang calabi terlebih dahulu. Seorang yang dikatakan bissu, haruslah terbebas dari segala belenggu nafsu duniawi.

Secara identitas, menurut  Sharyn Graham, seorang peneliti di University of western Australia di Perth, seorang bissu tidak bisa dianggap  sebagai banci atau waria, karena mereka tidak memakai pakaian dari golongan gender manapun, melainkan setelan tertentu dan tersendiri untuk golongan mereka.

Sharyn mengungkapkan, dalam kepercayaan tradisional Bugis, tidak hanya terdapat dua jenis kelamin seperti yang kita kenal, tetapi empat atau bahkan lima bila golongan bissu juga dihitung yakni “Oroane” (laki-laki), “Makunrai” (perempuan), “Calalai” (perempuan yang berpenampilan layknya laki-laki), “Calabai” (laki-laki yang berpenampilan layknya perempuan, dan golongan bissu, dimana masyarakat tradisional menganggap mereka sebagai kombinasi dari dari semua jenis kelamin tersebut.

Posmo

Punya masalah hidup yang tak kunjung selesai? Temukan solusinya bersama Spiritualis Kondang Pangeran Sukma Jati (Ki Sukma – Sobat Mistis Trans 7)

PRAKTEK DI 3 KOTA

Jakarta

Jl. Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan
Gedung Graha Krama Yudha
Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.
Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Bandung (Pusat)

Perumahan Maharani Village Blok D.10 Jl. Cigugur Girang Kp. Sukamaju Rt/Rw 05/05 Desa Cigugur Girang Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Banten

Jl. Ki Mudakkir, Link. Cigading, Cilegon – Banten.

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Tlp/ Hp. 081296609372 (WhatssApp dan Telegram) dan 081910095431 (WhatsApp)

Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Bagikan ke

Diposting oleh

Pangeran Sukma Jati Azmatkhan atau yang biasa dipanggil Ki Sukma adalah Pendiri sekaligus Guru Besar Padepokan Inti Semesta yang berlokasi di Bandung. Padepokan tersebut mengajarkan Ilmu Hikmah Spiritual dan Pencak Silat & Debus aliran Banten.

Keunikan Lima Gender dalam Tradisi Masyarakat Bugis ‘Bissu’ Emban Tugas Suci Dewata

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Keunikan Lima Gender dalam Tradisi Masyarakat Bugis ‘Bissu’ Emban Tugas Suci Dewata

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: