Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Ki Sukma
● online
Ki Sukma
● online
Halo, perkenalkan saya Ki Sukma
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Padepokan Inti Semesta Jasa Spiritual Terbaik & Terpercaya

Beranda » Blog » Melihat Tradisi Magis Ngerebong Warga Kerauhan & Menusuk Seluruh Badan dengan Keris

Melihat Tradisi Magis Ngerebong Warga Kerauhan & Menusuk Seluruh Badan dengan Keris

Diposting pada 5 January 2022 oleh Ki Sukma / Dilihat: 277 kali / Kategori:

Melihat Tradisi Magis Ngerebong
Warga Kerauhan & Menusuk Seluruh Badan dengan Keris

Ada sebuah tradisi dari beberapa tradisi,ritual unik nan magis yang ada di Bali, yaitu tradisi ngerebong. Ngerebong adalah salah satu tradisi yang masih dipegang teguh oleh masyarakat Bali, khususnya oleh masyarakat yang ada di Desa Kesiman, Denpasar. Tidak hanya itu, tradisi ini juga menjadi daya tarik lain para wisatawan karena tradisi ini berbau mistis dan magis.

Sebuah ritual keagamaan unik berumur ratusan tahun digelar di Desa Kesiman, Denpasar Bali. Dalam upacara yang disebut Ngerebong ini, puluhan warga mengalami kerauhan atau kesurupan massal. Tradisi ngerebong merupakan tradisi kuno Desa Kesiman yang sudah berusia ratusan tahun. Lewat upacara yang digelar  setiap 210 hari sekali ini, warga desa percaya akan diberi keselamatan terhindar dari wabah dan bencana.

Syahdan Posmo yang berkunjung di Dewata kala itu menyaksikan pada awalnya upacara berlangsung tenang dan khidmat, tiba-tiba berubah menjadi riuh dan menegangkan. Puluhan warga baik laki maupun perempuan yang awalnya datang ke pura untuk bersembahyang, tiba-tiba saja mengalami kerauhan atau kesurupan. Warga yang kesurupan ini kemudian dipegang oleh anggota keluarga atau rekannya. Bersama ribuan warga lainnya, mereka kemudian mengelilingi bangunan Wantilan Pura sebanyak tiga kali.

Ya tak hanya kesurupan sambil berteriak, tertawa atau menangis, warga yang sudah kerasukan roh suci ini juga melakukan aksi ngurek atau menghujamkan sebilah keris ke bagian dada, leher hingga kepala. Meski keris yang digunakan semuanya tajam, namun tidak ada darah warga yang menetes dalam atraksi ngurek ini.

Pura Petilan Kesiman

Ngerebong sendiri merupakan bahasa Bali yang memiliki arti berkumpul. Pada saat tradisi Ngerebong diadakan, dipercaya jika para dewa sedang berkumpul. Tradisi ngerebong akan diadakan setiap 6 bulan sekali sesuai dengan penanggalan Bali, yaitu setiap 8 hari setelah Hari Raya Kuningan, pada hari Minggu/ Redite Pon Wuku Medangsia.

Pusat diadakannya tradisi Ngerebong Bali berada di Pura Petilan, yang terletak di daerah Kesiman. Sebelum dimulainya acara puncak, biasanya masyarakat sudah memenuhi area acara. Disana juga sudah terdapat beberapa suguhan seperti alunan musik tradisional, bunga-bungaan dalam tempayan cantik, serta penjor-penjor. Sebelum upacara dimulai, para pecalang atau yang biasa disebut polisi adat akan mengosongkan jalanan atau menutup jalan. Jalanan ditutup sebab upacara dan serangkaian tradisi ngerebong memang sakral.

Untuk mengawali upacara ini, masyarakat akan sembahyang di Pura Petilan. Kemudian acara akan semakin ramai, karena dilanjutkan dengan adanya acara adu ayam di wantilan. Wantilan merupakan bangunan yang menyerupai bale-bale. Setelah itu masyarakat mengarak barong yang merupakan lambang kebaikan bagi masyarakat penganut Hindu dan diarak menuju pura Pengerebongan. Kemudian masyarakat juga keluar dari pura dan mengelilingi tempat adu ayam atau wantilan tadi sebanyak tiga kali.

Di Momen-momen mengelilingi wantilan akan terdapat beberapa orang yang kerauhan atau kerasukan. Orang-orang yang kesurupan tersebut akan mengeram, menangis, berteriak, menari-nari dengan diiringi oleh musik tradisional beleganjur. Selain melakukan hal-hal tersebut, orang-orang yang kesurupan juga akan melakukan tindakan yang ekstrem. Mereka akan menghujamkan keris pada dada, leher, kepala dan mereka juga tidak terluka.

Masyarakat yang tidak kesurupan wajib mengamankan masyarakat yang lain yang tidak kesurupan agar menghindari orang kesurupan melukai mereka. Kekuatan magis roh yang masuk pada tubuh mereka seolah-olah memberikan efek kebal, sehingga mereka tidak terluka meskipun keris menggoresi tubuh mereka. Kerasukan seperti itu memang akan terjadi pada ritual Ngerebong ini.

Tokoh Bali mengatakan, tujuan tradisi Ngerebong Bali adalah untuk mengingatkan umat Hindu agar terus menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan alam atau yang dikenal dengan istilah Tri Hita Karana. “Memang tidak ada asal-usul atau sejarah yang pasti mengenai Ngerebong ini, namun masyarakat tetap melestarikannya. Maka jika Anda datang ke Bali dan dapat datang ke lokasi ritual sesuai jadwal yang ditentukan. Ritual juga selesai pada saat setelah matahari tenggelam. Berakhirnya tradisi Ngerebong ini ditutup dengan persembahyangan yang membuat roh-roh pulang ke alamnya. Dan semua masyarakat kembali sadar setelah tradisi sacral ini berakhir.

Ngurek, Ritual Anti Senjata Tajam

Ritual Ngurek atau yang  bisa disebut dengan ‘Ngunying’ termasuk salah satu dari upacara Dewa Yadnya, atau dalam kedaan kepercayaan hindu ‘Persembahan kepada Tuhan YME’ Kata ‘ngurek’ berasal dari ata ‘urek’ dalam Bahasa Bali yang berarti melubangi atau menusuk, jadi ‘Ngurek” bisa diartkan sebagai suatu proses yang bertujuan untuk melubangi/ menusuk bagian tubuh sendiri, dengan keris, tombak, atau alat lainnya dalam kondisi tidak sadar.

Ngurek pada zamannya hanya bisa dilakukan  oleh para pemangku (Tokoh keagamaan Hindu), namun kini orang yang melakukan  Ngurek tak lagi dibedakan statusnya, bisa pemangku, penyungsung Pura,anggota krama desa, tokoh masyarakat, laki-laki dan perempuan.. Tapi suasananya tetap yaitu mereka melakuannya dalam keadaan kerasuan. Kendati keris yang terhunus itu ditancapkan ketubuh, namun tidak setitikpun darah yang keluar atau terluka.

Tradisi unik ‘Ngurek’ ini  biasa dilakukan di luar kompleks pura utama. Sebelum ‘Ngurek’ dimulai, biasanya dilaksanakan tarian Barong dan Rangda  serta para pepatih yang kerasukan itu keluar dari dalam kompleks pura utama dan mengelilingi Wantilan Pura (bagian luar pura) sebanyak 3 kali. Saat melakukan hal itulah, para pepatih mengalami titik kulminasi spiritual tertinggi.

Kerasukan dalam ‘Ngurek biasanya terjadi setelah melakukan proses ritual. Untuk mencapai klimaks kerasukan, mereka harus melakukan beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut secara garis besar dibagi menjadi tiga yang terdiri dari:

1. Nusdus adalah merangsang para pelaku Ngurek dengan asap yang beraroma harum menyengat agar segera kerasukan.

2. Masolah merupakan tahap menari dengan iringan lagu-lagu dan koor kecak atau bunyi-bunyian gamelan.

3. Ngaluwur berarti mengembalikan pelaku Ngurek pada jati dirinya.

Masuknya roh ke dalam diri para pengurek ini ditandai oleh keadaan: Badan menggigil, gemetar, mengerang dan memekik dengan diiringi suara Gending gamelan, para pengurek yang kerasukan langsung menancapkan  senjata. Biasanya berupa keris pada bagian tubuh di atas pusar seperti dada, dahi, bahu, leher, alis dan mata, walaupun keris tersebut ditancapkan dan ditekan kuat-kuat secara berulang-ulang, jangankan berdarah tergorespun tidak kulit para pengurek tersebut, roh yang ada didalam tubuh para pengurek ini menjaga tubuh mereka agar kebal, tidak mempan dengan senjata.

Tradisi ngurek ini merupakan kebiasaan masyarakat Bali, dimana saat upacara mengundang roh leluhur dilakukan, para roh diminta untuk berkenan memasuki badan orang-orang yang telah ditunjuk, dan menjadi sebuah tanda bahwa roh-roh yang diundang telah hadir di sekitar mereka. Tradisi ngurek juga dipercaya, untuk mengundang  Dewa dan para Rencang-Nya, berkenan menerima persembahan ritual saat upacara. Jika orang-orang yang ditunjuk sudah kerasukan dan mulai Ngurek, maka masyarakat bisa mengetahui dan meyakini kalau Dewa sudah turun ke dunia.

Sumber: Posmo

Punya masalah hidup yang tak kunjung selesai? Temukan solusinya bersama Spiritualis Kondang Pangeran Sukma Jati (Ki Sukma – Sobat Mistis Trans 7)

PRAKTEK DI 3 KOTA

Jakarta

Jl. Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan
Gedung Graha Krama Yudha
Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.
Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Bandung (Pusat)

Perumahan Maharani Village Blok D.10 Jl. Cigugur Girang Kp. Sukamaju Rt/Rw 05/05 Desa Cigugur Girang Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Banten

Jl. Ki Mudakkir, Link. Cigading, Cilegon – Banten.

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Tlp/ Hp. 081296609372 (WhatssApp dan Telegram) dan 081910095431 (WhatsApp)

Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Bagikan ke

Diposting oleh

Pangeran Sukma Jati Azmatkhan atau yang biasa dipanggil Ki Sukma adalah Pendiri sekaligus Guru Besar Padepokan Inti Semesta yang berlokasi di Bandung. Padepokan tersebut mengajarkan Ilmu Hikmah Spiritual dan Pencak Silat & Debus aliran Banten.

Melihat Tradisi Magis Ngerebong Warga Kerauhan & Menusuk Seluruh Badan dengan Keris

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Melihat Tradisi Magis Ngerebong Warga Kerauhan & Menusuk Seluruh Badan dengan Keris

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: