Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Ki Sukma
● online
Ki Sukma
● online
Halo, perkenalkan saya Ki Sukma
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Padepokan Inti Semesta Jasa Spiritual Terbaik & Terpercaya

Beranda » Blog » Peringatan Hari Penyobekan Bendera di Hotel Yamato, Surabaya Awal Kebangkitan Arek Suroboyo

Peringatan Hari Penyobekan Bendera di Hotel Yamato, Surabaya Awal Kebangkitan Arek Suroboyo

Diposting pada 5 January 2022 oleh Ki Sukma / Dilihat: 429 kali / Kategori:

Peringatan Hari Penyobekan Bendera di Hotel Yamato, Surabaya
Awal Kebangkitan Arek Suroboyo

Tanggal 19 September 1945 bagi warga Kota Surabaya, harus selalu dikenang. Sebab itulah gerakan heroik  yang sulit dilupakan sebagai awal kebangkitan  Arek Suroboyo yang kemudian berkobar dalam peristiwa 10 Nevember  1945. Tanggal yang menjadi tonggak sejarah, sehingga Kota Surabaya memperoleh predikat “Kota Pahlawan”.

Sekelompok orang Belanda dibawah pimpinan Mr.W.V.Ch Ploegman, tanggal 19 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kekuasaan kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.

Kabar tersebut tersebar cepat di seluruh Kota Surabaya, dan Jl. Tunjungan dalam tempo  singkat dibanjiri oleh massa yang marah. Massa terus mengalir hingga memadati halaman hotel serta halaman gedung yang berdampingan penuh massa yang diwarnai amarah. Di sisi agak belakang halaman hotel, beberapa tentara Jepang berjaga-jaga untuk mengendalikan situasi tak stabil tersebut.

Di luar hotel, para pemuda yang mengetahui berantakannya perundingan tersebut langsung mendobrak masuk ke Hotel Yamato dan terjadilah perkelahian di Lobi Hotel. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Sudirman kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama Kusno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya dan mengereknya ke puncak tiang kembali. Peristiwa ini disambut oleh massa di bawah hotel dengan pekik ‘Merdeka’ berulang kali.

Rekonstruksi Perebutan Bendera

Adegan demi adegan dalam peristiwa perobekan bendera di Hotel Yamato pada 19 September 1945 dihadirkan kembali kemarin (14/9). Arek-arek Surabaya berjuang demi mengibarkan bendera Merah Putih. Suasana di depan Hotel Yamato yang kini bernama Hotel Majapahit terasa mencekam. Pemuda Surabaya begitu marah ketika melihat bendera Belanda yang berwarna merah, putih dan biru berkibar di puncak hotel. Mereka berupaya merobek bagian bawah bendera yang berwarna biru. “Duaar..” Suara dentuman senjata tentara Belanda dan Jepang terdengar kencang hingga memekakan telinga, namun pemuda-pemuda Surabaya itu tidak gentar. Tujuannya hanya satu, yakni bendera Merah Putih tetap berkibar di bumi ini. “Lho, cek kurang ajare arek-arek Londho iku. Wani ngibarno abang, putih, biru ndek bumi Suroboyo.

Hei, Indonesia wes merdeka (Lho, kok kurang hajar orang Belanda itu. Berani mengibarkan merah, putih, biru di bumi Surabaya. Hei, Indonesia sudah merdeka),” teriak salah seorang Arek Surabaya dalam rombongan. Arek-  arek Surabaya pun berontak. Jiwa patriotisme muncul. Tiga pemuda Surabaya menaiki tangga yang menuju ke puncak gedung hotel Majapahit di jalan Tunjungan. Satu orang mengawasi, dua orang lainnya bertugas menyobek bagian bendera yang berwarna biru. “Merdeka… Merdeka… Merdeka…,” seru mereka ketika bendera merah putih berkibar di puncak hotel Majapahit.

Usai perobekan, Wali kota Surabaya Tri Rismaharini didaulat membacakan puisi kemerdekaan. “Surabaya tidak mau dijajah oleh bangsa manapun. Untuk itu kita harus lawan penjajah yang ingin menguasai Surabaya. Merdeka … Merdeka … Merdeka,” pekik Wali kota di atas panggung upacara yang didirikan di depan hotel Mojopahit.

Ya, perjuangan Arek-arek Suroboyo untuk merebut kembali kemerdekaan dengan susah payah kembali dihadirkan dalam bentuk  teatrikal “Surabaya Merah Putih”. Penggalan lirik lagu berjudul “Surabaya Oh Surabaya” yang dinyanyikan siswi-siswi SMP Negeri 6 Surabaya menambah kesakralan hari peringatan penyobekan bendera Belanda untuk memperoleh kemerdekaan yang terjadi 72 tahun silam.

Rekonstruksi peristiwa perobekan bendera dimulai sekitar pukul 08.00 pagi oleh gabungan komunitas teater se Surabaya. Rekonstruksi perobekan bendera Belanda dimulai ketika ada beberapa pemuda yang diperankan oleh seniman, datang dari arah utara untuk kemudian memasuki hotel. Dalam rekonstruksi tersebut, para seniman juga memainkan adegan panjat gedung dengan menggunakan tangga bambu untuk merobek bendera merah putih biru.

Ya, untuk mengenang dan menghormati kembali perjuangan rakyat Surabaya itu, pemerintah kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata  mengadakan refleksi “insiden perobekan bendera Belanda” yang terjadi pada 19 September 1945 di Hotel Yamato dalam bentuk teatrikal.

Rangkaian peringatan Hari Pahlawan 10 November 2016 ini diikuti oleh 2000 pelajar dan berbagai kelompok komunitas masyarakat. Mereka menggunakan pakaian pejuang dan berbaur dengan para pejabat di lingkungan Pemkot Surabaya. Sementara akses jalan Tunjungan sejak pukul 06.00 WIB sudah ditutup dan arus lalu lintas dialihkan ke jalan Gentengkali, Praban dan Bubutan. Sekitar pukul 10.00 WIB, akses lalu lintas di jalan tunjungan sudah bisa digunakan kembali.

Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya

“Anak-anak Bisa Belajar Menjadi Lebih Berani”

Peristiwa perobekan bendera merupakan momen gagah berani yang ditunjukkan warga Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan  Indonesia. Peristiwa heroik ini berakhir pada tanggal 10 November 1945. Dengan adanya teatrikal semacam ini, Saya harapkan, anak-anak Surabaya juga bisa belajar dari pendahulunya agar berani, tidak boleh takut dan tidak boleh minder dengan siapapun untuk mendapatkan masa depan yang lebih cerah dan lebih baik lagi ke depan. Selain itu, generasi penerus bangsa jangan sampai melupakan jasa para pahlawan dan bisa menjadi teladan di hari depan.

Sumber: Posmo

Punya masalah hidup yang tak kunjung selesai? Temukan solusinya bersama Spiritualis Kondang Pangeran Sukma Jati (Ki Sukma – Sobat Mistis Trans 7)

PRAKTEK DI 3 KOTA

Jakarta

Jl. Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan
Gedung Graha Krama Yudha
Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.
Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Bandung (Pusat)

Perumahan Maharani Village Blok D.10 Jl. Cigugur Girang Kp. Sukamaju Rt/Rw 05/05 Desa Cigugur Girang Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Banten

Jl. Ki Mudakkir, Link. Cigading, Cilegon – Banten.

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Tlp/ Hp. 081296609372 (WhatssApp dan Telegram) dan 081910095431 (WhatsApp)

Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Bagikan ke

Diposting oleh

Pangeran Sukma Jati Azmatkhan atau yang biasa dipanggil Ki Sukma adalah Pendiri sekaligus Guru Besar Padepokan Inti Semesta yang berlokasi di Bandung. Padepokan tersebut mengajarkan Ilmu Hikmah Spiritual dan Pencak Silat & Debus aliran Banten.

Peringatan Hari Penyobekan Bendera di Hotel Yamato, Surabaya Awal Kebangkitan Arek Suroboyo

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Peringatan Hari Penyobekan Bendera di Hotel Yamato, Surabaya Awal Kebangkitan Arek Suroboyo

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: