Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Ki Sukma
● online
Ki Sukma
● online
Halo, perkenalkan saya Ki Sukma
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Padepokan Inti Semesta Jasa Spiritual Terbaik & Terpercaya

Beranda » Blog » Mahabharata, Kisah Pandawa – Kurawa. Gatutkaca Dijemput Arwah Kalabendana

Mahabharata, Kisah Pandawa – Kurawa. Gatutkaca Dijemput Arwah Kalabendana

Diposting pada 18 May 2022 oleh Ki Sukma / Dilihat: 4.577 kali / Kategori:

Perang Baratayuda, atau lengkapnya Baratayuda Jayabinangun, perang antardarah Barata (Kurawa melawan Pandawa), merupakan salah satu dari empat perang besar yang telah digariskan dewa dalam pewayangan. Perang Baratayuda, perang dimana terjadi bagaimana prajurit yang maju menjadi Senapati, memetik hasil dari apa yang telah ditanam dandi sisi lain meluwar janji yang pernah terucap. Berikut cerita perang Baratayuda.
Perang tanding antara Adipati Karna dan Gatutkaca semakin seru. Namun, ada arwah Kalabendana, paman Gatutkaca. Maka, ketika melihatlepasan panah Karna, Sang Kunta Druwasa, Kalabendana segera bertindak. Disambarnya anak panah yang sebenarnya tak kuat sampai di sasaran di atas awan itu dan dibawanya menghadap Gatutkaca. Kaget sang Gatutkaca ketika melihat sang paman datang ke atas awan dengan membawa Kyai Kunta Druwasa sambil menyapa.
“Anakku Gatutkaca, sudah sampai saatnya pamanmu menjemputmu, mari anakku, aku gandeng tanganmu menuju surga”. Takzim Gatutkaca menghormat pamannya. “Oh Paman… Aku tidak mengelak akan kesediaanku sesuai dengan janjimu. Putramu ikhlas, mari paman. Tetapi perkenankan anakmu meminta sesuatu darimu”. Tak dapat menolak Gatutkaca atas ajakan pamannya. Ia telah pasrah dan mengaku segala kesalahannya di masa lalu. Ia minta sesuatu sebagai permintaan terakhir terhadap pamannya.
“Dengan senang hati, anakku. Apa permintaanmu?” senyum sang paman menanyakan permintaan keponakannya, “Kematianku harus membawa korban di pihak musuh sebanyak-banyaknya, hingga perangmalam ini berakhir”. Jawab Gatutkaca mantap. “Baik Aku bisa melakukannya!” Maka diarahkannya pusaka Kunta itu ke arah pusarsang Gatutkaca yang tersenyum menerima takdirnya. Melayang sukma Raden Gatutkaca ketika pusaka Kyai Kunta Druwasa masuk ke dalam sarungnya. Dengan rasa kasih, digandengnya tangan kemenakannya menuju swarga tunda sanga. Penantian panjang sang paman akan keinginannya pergi berbarengan berbarengan ke swarga bersama kemenakan tersayang, hari ini berakhir.
Bersatunya Kunta Druwasa ke dalam sarungnya, menimbulkan akibat yang hebat. Sejenak kemudian diiringi suara mendesing, kemudian disusul suara gelegar hebat bagai suara meteor, raga Gatutkaca melesat menuju medan peperangan di bawah sana. Kecepatan lesatan raga Gatutkaca tak terkira cepatnya menimpa kereta perang Adipati Karna beserta sang kusir Hadimanggala. Tewas seketika sang patih. Remuk kereta Jatisura terkena tubuh sang Gatutkaca yang meledak menggelegar, menimbulkan lubang besar bertumbak-tumbak luasnya. Begitupula dengan putra Adipati Karna, Warsakusuma yang ikut ayahnya dalam peperangan juga tewas. Namun Adipati Karna berhasil menghindar. Akibatnya, arena bagai terkena bom dengan daya ledak tinggi, hingga menewaskan banyak barisan prajurit. Gelombang kejut yang terjadi dari ledakan tubuh sang Gatutkaca menimbulkan hawa panas yang dahsyat sehingga mampu meleleh luluhlantahkan apa pun yang ada di sekitar jatuhnya raga. Jangankan tubuh manusia, hewan tunggangan dan para raksasa, persenjataan yang terbuat dari logam pun, cair meleleh, kemudian menjadi abu. Dan seketika perang terhenti! Berhenti perang meninggalkan luka dalam di hati Werkudara. Segera dicarinya Adipati Karna yang lari tinggalkan gelanggang peperangan. Segera Sri Kresna menghentikan tindakan Werkudara. Disabarkan hati adik iparnya agar menunda dendamnya.
“Lebih baik beritahu isterimu lebih dulu mengenai kejadian yang berlangsung lama ini. “Mari kita datang bersama dengan saudaramu yang lain untuk menghibur hatinya”. “Kalau mau pergi ke Pringgadani, pergilah! Aku tidak tega melihat apa yang akan terjadi di sana!” Werkudara pergi sendirian ke arah tak tentu dengan hati yang kososng. Kerasnya baja perasaan sang Bimasena tidak kuasa untuk membayangkan, lebih jauh lagi melihat dengan mata kepalanya sendiri, betapa hancur perasaan istri yang sangat dicintainya. Istri sakti yang tindakannya di masa lalu berbuah jasa yang sangat besar bagi kelangsungan hidupnya, bahkan bagi kelangsungan hidup dan kejayaan seluruh keluarga Pandawa.
Kedatangan para Pandawa di sisa malam tanpa suaminya, membuat Dewi Arimbi terkesiap hatinya. Naluri seorang Ibu mengatakan ada sesuatu yang terjadi terhadap suami atau terlebih lagi bagi anaknya. Maka begitu diberitahu akan peristiwa yang terjadi maam tadi, ia berkeputusan untuk mengakhiri hidup dengan bakar diri dalam api suci. Demikian juga dengan Dewi Pregiwa, keduanya sepakat untuk bersama-sama mengiring kepergian anak dan suami mereka. Semua saudara ipar dan Prabu Kresna tidak kuasa untuk membendung keinginannya. Maka upacara segera dimulai. Dengan busana serba putih, sang Arimbi naik ke AGni Pancaka, menggandeng menantunya. Ia telah memutuskan pilihannya, tetap bersama suami atau mendampingi anak tunggal kekasih hatinya.

Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Bagikan ke

Diposting oleh

Pangeran Sukma Jati Azmatkhan atau yang biasa dipanggil Ki Sukma adalah Pendiri sekaligus Guru Besar Padepokan Inti Semesta yang berlokasi di Bandung. Padepokan tersebut mengajarkan Ilmu Hikmah Spiritual dan Pencak Silat & Debus aliran Banten.

Mahabharata, Kisah Pandawa – Kurawa. Gatutkaca Dijemput Arwah Kalabendana

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Mahabharata, Kisah Pandawa – Kurawa. Gatutkaca Dijemput Arwah Kalabendana

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: