Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Ki Sukma
● online
Ki Sukma
● online
Halo, perkenalkan saya Ki Sukma
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Padepokan Inti Semesta Jasa Spiritual Terbaik & Terpercaya

Beranda » Blog » Kisah Sufi Syekh Nuruddin Ar-Raniri Menjadi Mufti Kerajaan aceh

Kisah Sufi Syekh Nuruddin Ar-Raniri Menjadi Mufti Kerajaan aceh

Diposting pada 5 January 2022 oleh Ki Sukma / Dilihat: 513 kali / Kategori:

Syekh Nuruddin Ar-Raniri berasal dari Ranir, Gujarat, India. Perannya dalam perkembangan islam di wilayah Melayu tak bisa diabaikan. Dia memainkan peran penting dalam membawa  Tradisi Islam ke wilayah tersebut. Rentang kehidupan Nuruddin Ar-Raniri diisi dengan pengabdian, dakwah dan pencerahan untuk umat Islam. Berikut ini kisahnya.

Dia adalah seorang sufi yang paling lengkap julukannya dan paling produktif dalam berkarya mentransfer ilmu pengetahuan. Tidak kurang dari 29 buku menjadi warisan yang berharga darinya. Walaupun lahir di Ranir, Gujarat, India tempat nenek moyang masyarakat Aceh berasal, karena adaptasi, reputasi dan tingginya ilmu pengetahuan yang dimiliki Nuruddin, dia menjadi pembaharu dalam paham kesufian dan yang paling disegani di wilayah Melayu Indonesia, khususnya Aceh pada 1600 – an.

Setelah berguru di Gujarat, antara lain kepada Syekh ba Syaiban, Syekh tarekat Rifa’iyah, ia melanjutkan studinya ke Tarim, Hadramaut Yaman Selatan. Nuruddin berhasil menjadi ulama besar yang berpengetahuan luas dan tercatat sebagai Syekh Tarekat Rifa’iyah dan bermazhab Syafi’i dalam bidang fikih. Pada 1621 ia berada di Mekkah dan Madinah dalam rangka menunaikan ibadah haji.

Tahun berapa ia pertama kali berada masih di Aceh, masih menjadi pertanyaan dan perdebatan. Melihat kemahirannya menulis dan berbahasa Melayu dan adanya karangan yang berbahasa Melayu yang ditulis sejak 1633, orang memperkirakan, ia pada tahun 1620 telah masuk ke Aceh dan menelaah faham Wujudiyah yang sedang dikembangkan oleh Syekh Syamsudin As-Sumatrani, yang menjadi mufti pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, dan temannya Hamzah Fansuri.Setelah Syamsuddin wafat dan Iskandar Tsani menjadi Sultan, Nuruddin datang lagi ke Aceh. Tak lama kemudian ia diangkat menjadi Mufti, dan selama tujuh tahun dalam kedudukannya sebagai Mufti itu ia sering berdebat dengan  pengikut paham wujudiyah, dengan tujuan agar pengikut paham tersebut meninggalkan paham-nya. Tidak berhasil membujuk pengikut paham wujudiyah agar kembali  ke akidah yang murni, Nuruddin merekomendasikan hukuman mati untuk setiap pengikut paham Wujudiyah.

Sikap keras Nuruddin ini dilatarbelakangi oleh masa kecilnya yang penuh intimidasi. Ia hidup di tengah komunitas hindu di desa Ranir dimana Mayoritas Hindu tidak mengenal sedikitpun toleransi dengan penganut agama dan paham apapun.

Sebagian karangannya itu bertujuan menyerang paham Wujudiyah yang ditegakkan oleh Hamzah Fanzuri dan Syamsuddin As-Sumatrani, diantaranya As-Sirat Al-Mustaqim (jalan lurus), Asrar Al-insan Ma’rifat Ar-Ruh wa Ar-Rahman (Rahasia manusia dalam mengetahui Roh dan Tuhan), Al-Fathu Al Mubin Ala Al-mulhidin (kenangan nyata atas kaum yang menyimpang).

Sebelum kedatangan Nuruddin Ar-Raniri, adalah masa keemasan Islam Mistik, ketika aliran wujudiyah berjaya tidak hanya di Aceh, tapi juga di banyak bagian wilayah Nusantara. Banyak tela’ah menyebutkan Nuruddin lebih tepat disebut sebagai tokoh sufi dibanding dengan pembaharu, padahal dia juga merupakan tokoh pembaharu paling penting pada abad ke-17.

Guru Ar-Raniri yang paling terkenal dari India adalah Abu Hafs Umar Bin Abdullah Basyaiban Al-Tarimi Al-Hadrami, yang juga dikenal di wilayah Gujarat sabagai Sayyid Umar Al-Aydrus. Ba Syaiban seperti juga Nuruddin, berasal dari keluarga Hadromi, menurut Nuruddin, Ba Syaiban lah yang membai’atnya dalam tarekat Rifa’iyah, sebuah tarekat Arab.

Dia menunjuk Nuruddin sebagai khalifahnya dan bertanggung jawab menyebarkannya di wilayah Melayu Indonesia. Tapi tarekat Rifa’iyah bukan satu-satunya yang dikaitkan dengan Nuruddin, dia juga masuk Tarekat Alaydrusiyah dan tarekat Qadiriyah. Nuruddin jelas merupakan perintis paling menonjol dari keluarga ulama Alaydrusiyah di kepulauan Melayu Indonesia.

Punya masalah hidup yang tak kunjung selesai? Temukan solusinya bersama Spiritualis Kondang Pangeran Sukma Jati (Ki Sukma – Sobat Mistis Trans 7)

PRAKTEK DI 3 KOTA

Jakarta

Jl. Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan
Gedung Graha Krama Yudha
Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.
Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Bandung (Pusat)

Perumahan Maharani Village Blok D.10 Jl. Cigugur Girang Kp. Sukamaju Rt/Rw 05/05 Desa Cigugur Girang Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Banten

Jl. Ki Mudakkir, Link. Cigading, Cilegon – Banten.

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Tlp/ Hp. 081296609372 (WhatssApp dan Telegram) dan 081910095431 (WhatsApp)

Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Bagikan ke

Diposting oleh

Pangeran Sukma Jati Azmatkhan atau yang biasa dipanggil Ki Sukma adalah Pendiri sekaligus Guru Besar Padepokan Inti Semesta yang berlokasi di Bandung. Padepokan tersebut mengajarkan Ilmu Hikmah Spiritual dan Pencak Silat & Debus aliran Banten.

Kisah Sufi Syekh Nuruddin Ar-Raniri Menjadi Mufti Kerajaan aceh

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Kisah Sufi Syekh Nuruddin Ar-Raniri Menjadi Mufti Kerajaan aceh

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: